Minggu, 02 Juli 2017

HAKEKAT MANUSIA MENURUT PLATO



Biografi singkat Plato
Tokoh satu ini dikenal sebagai seorang filsuf terbesar dan juga matematikawan. Ia juga yang mencatat keberadaan dari salah satu legenda abadi di dunia yakni benua Atlantis yang hilang.

Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 S.M. dan meninggal disana pada tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara.

Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu. Namanya bermula ialah Aristokles. Nama plato diberikan oleh gurunya. Ia memperoleh nama itu berhubung dengan bahunya yang lebar. Sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya serta parasnya yang elok bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang manusia yang cantik. Bagus dan harmoni meliputi seluruh perawakannya.

Dalam tubuh yang besar dan sehat itu bersarang pula pikiran yang dalam dan menembus. Pandangan matanya menunjuk seolah-olah ia mau mengisi dunia yang lahir ini dengan cita-citanya. Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecilnya, selain dari pelajaran umum ialah menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi.

Sebelum dewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersanjak. Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu plato mendapat didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari kratylos. Kratylos dahulunya murid herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu” seperti air.

Rupanya ajaran semacam itu tidak hinggap di dalam kalbu aristocrat yang tertpengaruh oleh tradisi keluarganya. Sejak berumur 20 tahun plato mengikuti pelajaran sokrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh sokrates makin hari makin mendalam padanya. Ia menjadi murid sokrates yang setia.

Sampai pada akhir hidupnya sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangann ya yang berbentuk dialog, bersoal jawab, sokrates kedudukannay sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran plato tergambar keluar melalui mulut sokrates. Setelah pandangan filosofinya sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan gurunya, ia terus berbuat begitu.

Sokrates digambarkannya sebagai juru bahasa isi hati rakyat di Atena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan demokrasi yang meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan berturut-turut oleh kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa Atena lenyap ke bawah kekuasaan asing.

Hakikat manusia menurut Plato
Menurut Plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada mulainya jiwa bersatu dengan raga, jiwa tidak berada lebih dulu sebelum manusia atau pribadi adalah jiwa sendiri. Sedangkan badan oleh Plato yang disebut sebagai alat yang berguna sewaktu masih hidup didunia ini, tetapi badan itu disamping berguna sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk mencapai kesempurnaan, yaitu kembali kepada dunia “ide”.
Sedangkan jiwa berada sebelum bersatu dengan badan. Persatuan jiwa dengan badan merupakan hukuman, karena kegagalan jiwa untuk memusatkan perhatianya kepada dunia “ide”, jadi manusia mempunyai Pra-eksistensi yaitu sudah ada sebelum dipersatukan dengan badan dan jatuh kedunia ini.
Jiwa manusia sering dimengerti sebagai suatu benda halus atau suatu makhluk halus yang merasuki, meresapi serta menggunakan badan untuk mewujudkan cita-cita jiwawi. Terkadang pula jiwa manusia digambarkan atau dibayangkan persis seperti tubuhnya hanya saja tidak bissa diraba atau ditangkap sifat dari jiwa juga tergantung pada tarafnya.
Taraf tertinggi yaitu rasional, didalam manusia mengandaikan dukungan dari taraf-taraf yang lebih rendah, yaitu taraf anarganik (benda mati) taraf vegetatif (tumbuhan) dan taraf sensitive (binatang).
Dalam taraf rasional atau manusia pembaharuan merupakan peristiwa yang terus menerus terjadi. Pembaharuan menjadi begitu efektif didalam sejarah kehidupan manusia, karena didalam diri manusia terdapat kesadaran intelektual yang mempunyai kemampuan sangat efektif untuk menyederhanakan pengalaman dan memberi tekanan kepada segi yang dianggap pentingsambil menyingkirkan yang dianggap tidak relevan. Kemampuan itu disebut kemampuan abstraksi, kemampuan abstraksi disisni berfungsi rasiio atau budi ssebagai yang menjalankan pemerintah atas keseluruhan ataupun bagian-bagian didalam manusia.
Didalam manusia terdapat 2 sumber bagi munculnya kebaruan yang satu merupakan hasil dari koordinasi yang ketat dari tubuh manusia sebagaimana juga terdapat pada binatanng, dan yang lain dari identitas yang hebat dari fungsi intelektual.
Perlu disadari bahwa budi tidak identik dengan jiwa, budi meskipun menduduki posisi tertinggi dan memegang dominasi atas bagian-bagian lain, hanyalah bagian dari jiwa, jiwa manusia adalah keseluruhan kompleks kegiatan mental dari taraf yang paling rendah sampai yang palling tinggi emosi, kenikmatan, harapan, ketakutan, penyesalan, penilaian dari macam-macam pengalaman mental innilah yang merupakan unsure-unsur pembentukan “jiwa manusia”, dan jiwa manusia itu ditandai dengan mental.
Menurut plato,  jiwa manusia adalah entitas non material yang dapat terpisah dari tubuh. Menurutnya, jiwa itu ada sejak sebelum kelahiran, jiwa itu tidak dapat hancur alias abadi. Lebih jauh Plato mengatakan bahwa hakikat manusia itu ada dua, yaitu rasio dan kesenangan (nafsu). Dua unsur yang hakikat ini dijelaskan oleh Plato dengan pemisalan seseorang yang makan kue atau minum sesuatu ia makan dan ia minum. Ini kesenangan, sementara rasionya tahu bahwa makanan dan minuman itu berbahaya  baginya.
Pada bagian lain Plato berteori bahwa jiwa manusia memiliki tiga elemen, yaitu roh, nafsu, dan rasio. Dalam operasinya ia mengandaikan roh itu sebagai kuda putih yang menarik kereta bersama kuda hitam (nafsu), yang dikendalikan oleh kusir yaitu rasio yang berusaha mengontrol laju kereta.
Dalam hal hidup bermasyarakat, Plato berpendapat bahwa hidup bermasyarakat itu merupakan keharusan bagi manusia; manusia tidak dapat hidup sendirian. Seseorang yang hidup di pulau sendirian akan sulit hidup karena aktifitas kemanusiaan seperti persahabatan, bermain, politik, seni dan berpikir tidak terjadi di pulau itu. Implikasi teori ini ialah manusia itu harus memiliki bakat dan minat yang berbeda antara seorang dengan lainnya, dan dari situ akan muncul spesialisasi  dan pembagian kerja.
Plato dan Aristoteles menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya. Berdasarkan tiga unsur hakikat manusia, Plato membagi manusia menjadi tiga kelompok. Pertama, manusia yang didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya ialah meraih pengetahuan; kedua manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat utamanya ialah meraih reputasi; ketiga, manusia yang didominasi nafsu yang hasrat utamanya pada materi. Tugas rasio adalah mengontrol roh dan nafsu.
Taraf pengalaman mental manusia terdiri dari penngalaman-pengalamn mental yang begitu kompleks, kegiatan mental yang kompleks ini merupakan kesatuan dari emosi, rasa senang (enjoyment), harapan, kehawatiran dan ketakutan penyesalan penilaian terhadap macam-macam alternatif serta macam-macam keputusan, pengalaman mental mempunyai dasarnya didalam pengalamn fisik.
Badan juga berfungsi sebagai bidang ekspresi manusia. Jiwa manusia adalah kesatuan kompleks dari kegiatan mental, dari yang paling rendah ke yang bersifat intelektual.
Mengenai kedudukan manusia yang paling menarik adalah sendiri dalam lngkungan yang diselidiki pula. Ternyata penyelidikan mengenai lingkungan ini lebih (dianggap) memuaskan dari pada penylidikan tentang manusia itu sendiri.
Plato dan Aristoteles menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya. Bicara masalah hidup manusia itu memang unik, hidup adalah aktivitas, dan segala aktivitas membawa besertanya masalah-masalah tertentu. Masalah-masalah termaksud harus dipecahkan dengan berhasil untuk menjadikan manusia itu sesuatu yang sukses. Masalah-masalah tesebut dibagi 2 kategori, yaitu masalah immediate problem dan masalah asasi(utimmate problems)
Immediate problems ialah masalah-maslah praktis sehari-hari , masalah yang kemballi kepada keperluan-keperluan pribadi yang mendesak dan masalah seperti :administrasi negara, produksi, konsumsi dan distribusi. Kemudian masalah asai manusia , maka setiap manusia yang memperhatikan hidup dengan serius akan mendapatkan drinya berhadapan muka dengan masalah-masalah asasi tersebut. Setelah dia merasakan desakan beban dan liku-liku hidup.
Manusia Mempunyai Pengetahuan
Pengetahuan merupakan bagi makhluk yang mempunnyainya apakah dia manusia, malaikat atau banatang suatu kekayaan dan kesempurnaan. Dengan adanya pengetahuan yang dimilikinya manusia bisa memahami dirinya sendiri dan keberadaanya. Pengetahuan lebiih merupakan suatu cara berada dari pada suatau cara mempunyai. Aktifitas itu tidak berupa penyitaan  atau pemilikan benda-benda sebaliknya berupa keterbukaan terhadap mereka.
Jadi pengetahuan adalah suatu kegiatan mempengaruhi subjek yang mengetahui dalam dirinya. Dia adalah suatu ketentuan yang memperkaya eksistensi subyek.
Seputar Manusia
Kita menyadari diri kita meskipun sebagai satu kesatuan yang utuh, namun diri kita jelas terdiri dari bagian-bagian dan aspek-aspek yang begitu kaya, terdiri dari badan dan jiwa yang masing-masing kegiatan, kemampuan dan gaya serta perkembanganya sendiri.
Para pendukung fanatik tradisi, yang boleh disebut kaum konservatif, kurang lebiih berpegang pada keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, tidak tetap dan tidak dapat diramalkan secara logis. Sebab kodrat manusia telah rusak berat dan tidak tersembuhkan karena telah dicederai oleh dosa asal, atau sejenis itu. Sedangkan para pendukung revolusioner, yang biasanya disebut kaum liberal berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya baik dan bisa mencapai kesempurnaan.
Mengenai badan manusia dan strukturnya didalam ini berproses secara sederhana biasa dkatakan bahwa kutub fisi berfungsi secara husus pada wal proses. Kutub fisiklah yang menangkap atau menerima bahan atau penelolaan yang telah disajikan oleh dunia, sedangkan kutub mental berkegiatan untuk mengelola bahan tersebut sampai pada tahap kepenuhan diri.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa badan harus dimengerti secara luas, yaitu sebagai hasil dari seluruh proses yang bersifat obyektif, tidak berubah dan menjadi bahan bagi kutub fisik dari pengada-pengada baru. Didalam pengertian yang digunakan disi, badan bukan hanya terbatas pada tubuh, tetapi segala bentuk ekspresi yang bisa diamati pada manusia yang telah selesai berproses setiap saatnya, misalnya saja termasuk didalamnya, bagaimana seorang tertawa, menangis, berjalan, lari, duduk, tidur dan seterusnya untuk saat ini kita memusatkan perhatian kita pada tubuh manusia.



Daftar Pustaka :
http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-plato.html
Zakcy Syata, Filsafat Manusia (Terbit Terang : Surabaya)
Hardono Hadi, Jati Diri Manusia (Kanisius : Yogyakarta, 1996)
Poejdja Wijatna, Manusia dengan Alamnya (Bina Aksara : Jakarta, 1983)